Ombak dan Belimbing Wuluh Sumber Energi Listrik Alternatif
Energi listrik alternatif merupakan kebutuhan penting manusia modern saat ini. Energi listrik tidak hanya diperlukan dalam penerangan, namun juga untuk menggerakan mesin-mesin industri agar terjadi efektifitas dan efisiensi proses produksi.
Sayangnya, pemenuhan kebutuhan akan energi listrik di Indonesia belum merata dan masih terpusat di kota-kota besar saja.
Sumber energi listrik alternatif perlu terus dikembangkan oleh pemerintah maupun secara mandiri oleh masyarakat. Artikel ini membawa kita membahas tenaga listrik alternatif.
Tentang Energi Listrik Alternatif
Tenaga listrik alternatif dapat dihasilkan antara lain dari panas bumi, sampah, pengolahan dan pemrosesan dari tumbuh-tumbuhan, nuklir, sinar matahari, angin, dan ombak.
Ombak merupakan sumber energi listrik yang dapat diperoleh di daerah pesisir, sedangkan energi listrik dari pengolahan dan pemrosesan tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan di daerah pegunungan maupun pedalaman.
Besaran investasi pada pembangkit listrik ombak maupun pemrosesan tumbuh-tumbuhan sangatlah relatif, namun tetap sangat potensial karena kedua sumber energi tadi dapat selalu terbarukan.
Pembangkit Listrik Tenaga Ombak
Sumber tenaga pembangkit listrik tenaga ombak adalah ombak atau gelombang laut itu sendiri. Pembangkit listrik tenaga ombak sangat potensial dikembangkan mengingat Indonesia merupakan negara dengan luas perairan laut yang cukup besar dan jumlah total garis pantai yang cukup panjang.
Pemanfaatan ombak dan gelombang laut sebagai sumber energi listrik sudah dirintis sejak abad 18 di beberapa negara Eropa, namun penelitian dan pengembangan di Indonesia baru mulai intensif dilakukan pada dekade 90-an, seiring dengan meningkatnya permintaan energi listrik serta semakin membengkaknya subsidi negara untuk bahan bakar dan tenaga listrik.
Prinsip kerja teknologi pembangkit listrik tenaga gelombang laut adalah menangkap energi kinetik yang terdapat pada gelombang laut dan mengkonversinya menjadi energi listrik. Turbin generator merupakan alat yang umum untuk mengkonversi energi kinetik menjadi energi listrik.
Ada dua jenis pembangkit listrik tenaga ombak, yaitu konvensional dan terapung. Pembangkit listrik tenaga ombak konvensional berarti membangun konstruksi pembangkit listrik di bibir pantai untuk menangkap tenaga ombak yang mendekati pantai.
Pantai yang menghadap lautan dengan gelombang atau ombak besar memiliki potensi energi listrik yang besar pula. Pantai Barat Sumatera dan Pantai Selatan Jawa diprediksi memiliki potensi energi gelombang kurang lebih 40 kw/meter.
Tipe teknologi yang dapat dikembangkan adalah Tapered Channel (Tapchan). Tipe teknologi ini cocok dikembangkan di pantai selatan Jawa.
Cara kerja teknologi Tapchan adalah dengan menyalurkan gelombang ke sebuah bak penampungan air. Air ini kemudian dikembalikan ke laut sembari menggerakan turbin generator penghasil listrik.
Teknologi osilasi kolom air (oscillating water column) sedikit lebih rumit daripada Tapchan. Teknologi osilasi kolam air terdiri dari dua tahap.
Tahap pertama adalah penyaluran energi gelombang laut yang datang. Energi gelombang laut yang datang diteruskan dalam bentuk tekanan udara dalam kolom tertutup. Tekanan udara inilah yang kemudian menggerakan turbin pembangkit listrik.
Selanjutnya ketika gelombang air meninggalkan kolom, tekanan udara balik juga menggerakan turbin generator pembangkit listrik.
Penyerapan energi kinetik pada gelombang laut tidak hanya dalam bentuk konstruksi yang berada di bibir pantai. Beberapa mahasiswa ITB mengembangkan sebuah teknologi pembangkit listrik terapung.
Teknologi yang mereka kembangkan merupakan pemenang pertama Kontes Inovasi Nasional pada tahun 2011. Purwarupa pembangkit listrik terapung ini berupa sebuah kotak berbahan plastik berukuran 40cm X 40 cm x 7 cm.
Di dalam alat pembangkit tersebut terdapat magnet yang bergerak akibat gelombang laut. Energi kinetik langsung terkonversi menjadi energi listrik yang selanjutnya disalurkan melalui kabel ke daratan.
Beberapa tahun sebelumnya, tepatnya di tahun 2008, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan pembangkit listrik yang hampir serupa dengan yang dikembangkan oleh para mahasiswa ITB.
Pembangkit listrik terapung dianggap BPPT sebagai suatu solusi yang cukup ekonomis. Pembangkit listrik tenaga ombak atau gelombang laut konvensional memerlukan riset dan pembangunan konstruksi yang cukup mahal. Harga jual listrik dari pembangkit konvensional pun lebih mahal.
Pembangkit listrik terapung relatif lebih murah dan hampir bisa ditempatkan di perairan laut mana saja. Kedalaman laut yang ideal untuk menempatkan pembangkit ini adalah 10 meter dari permukaan.
Lautan dengan kedalaman hingga 10 meter tidaklah terlalu jauh dari bibir pantai, sehingga pengawasan dan pengadaan alat-alat pendukung tidaklah terlalu sulit.
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut hasil inovasi BPPT memiliki cara kerja yang hampir serupa pula dengan yang dikembangkan oleh mahasiswa ITB.
Hanya saja energi kinetik gelombang laut tidak ditangkap melalui gerakan magnet, melainkan dengan gerakan bandul yang terdapat di dalam tabung pembangkit. Bandul yang bergerak ini hampir sama dengan gerakan kinetik pada jam bandul, hanya saja energi kinetik yang tertangkap langsung dikonversi menjadi energi listrik.
Pengembangan pembangkit tenaga listrik terapung sebagai sumber energi listrik yang alternatif sangat cocok diterapkan pada desa-desa nelayan di pulau-pulau kecil yang terpisah dari daratan. Besaran dan jumlah instalasi dapat disesuaikan dengan besaran kebutuhan energi listrik dari suatu daerah yang dialiri.
Energi Listrik dari Belimbing Wuluh
Namun pengembangan biodiesel merupakan ancaman tersendiri terhadap ketahanan pangan, mengingat bahan seperti jagung dan kedelai termasuk bahan pangan utama manusia.
Oleh karena itu, pengembangan sumber energi alternatif dan terbarukan sebaiknya tidak mengganggu suplai kebutuhan pangan manusia.
Belimbing wuluh dan sambiloto merupakan tumbuhan yang dapat diolah menjadi sumber energi terbarukan. Kedua tumbuhan tersebut bukanlah bahan panganan utama manusia, sehingga pengolahan sebagai sumber energi alternatif tidak akan mengancam ketahanan pangan. Belimbing wuluh terutama dapat menjadi sumber energi listrik alternatif.
Salah satu orang yang berhasil mengolah belimbing wuluh menjadi sumber energi listrik adalah Sunarto, warga Desa Nguntoronadi, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Sehari-hari, Sunarto bekerja sebagai guru elektronika di SMK 1 Bendo, Magetan.
Proses pemanfaatan belimbing wuluh sebagai sumber energi listrik dilakukan Sunarto melalui beberapa eksperimen kecil. Ia memeras belimbing wuluh yang telah dihaluskan. Air hasil perasan belimbing wuluh tersebut kemudian dituang dalam wadah bekas air minum kemasan yang sudah berisi tanah.
Dalam wadah tersebut terdapat lempengan tembaga dan seng. Kedua lempengan tersebut kemudian dihubungkan dengan kawat, dan ternyata berhasil menimbulkan tegangan listrik sebesar 5 volt.
Prinsip kerja yang dilakukan oleh Sunarto hampir serupa dengan prinsip kerja elemen basah, dimana cairan belimbing wuluh dan tanah mengandung elektroda-elektroda dan lempengan besi dan tembaga sebagai kutub negatif dan kutub positif.
Dalam cairan hasil perasan belimbing wuluh terdapat saponin, triterpenoid, dan saponin. Terdapat pula asam amino, asam sitrat, sianidin glikosida, kalium, glukosa, dan fenolat.
Tingginya tingkat keasaman membuat air perasan belimbing wuluh dapat digunakan sebagai larutan elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan arus listrik.
Rangkaian elemen basah versi Sunarto telah dapat digunakan sebagai sumber energi listrik beberapa alat elektronik, seperti jam dinding, radio, lampu penerangan rumah. Umur rangkaian bisa bertahan hingga satu bulan.
Walaupun memerlukan tempat yang cukup luas dan cenderung tidak efektif, namun penelitian dan pengembangan energi listrik dari belimbing wuluh memiliki prospek yang cukup baik.
Tanaman belimbing wuluh dapat mudah tumbuh di lahan dengan ketinggian berapa saja pun tanaman ini mudah ditanam dan dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain.
Pengembangan listrik dari belimbing wuluh sangat cocok dikembangkan di daerah pegunungan ataupun berbukit, dimana membangun jaringan listrik konvensional sangatlah mahal.
Listrik dan Kemajuan Teknologi
Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah cepat. Listrik merupakan sumber energi utama untuk menggerakan berbagai alat hasil temuan teknologi. Ketergantungan terhadap sumber energi listrik konvensional sebaiknya mulai dikurangi.
Sumber energi listrik alternatif dapat dikembangkan secara mandiri maupun berbasis komunitas. Ombak maupun belimbing wuluh hanyalah dua contoh sumber energi alternatif. Masih banyak sumber energi alternatif yang bisa didapat dari alam.
Posting Komentar untuk " Ombak dan Belimbing Wuluh Sumber Energi Listrik Alternatif"